silahkan klik icon jika video tidak dapat diputar
Sinopsis
Teknologi bagi anak usia dini bukanlah hal yang baru. Anak-anak generasi Z hidup di dalam era teknologi yang sudah sangat berkembang. Bagi generasi-Z, memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran bukanlah hal yang sulit. Tanpa dilatih, mereka sudah bisa menggunakan perangkat teknologi dengan baik. Bagi anak-anak usia dini, tanpa dibekali pengetahuan tentang penggunaan teknologi, mereka sudah dapat menjalankan suatu aplikasi tertentu di dalam gawai. Hal ini Tentunya membawa kebaikan untuk proses pembelajaran, karena dengan teknologi proses pembelajaran bisa jadi lebih mudah. Teknologi bisa menjadi alat bantu untuk menjelaskan materi pelajaran yang membutuhkan waktu, dan sulit untuk dijelaskan dengan ceramah.
Namun di sisi lain, penggunaan teknologi yang berlebihan seperti gawai, akan membuat anak usia dini kecanduan dengan gawai tersebut. Banyak kejadian atau kasus yang terjadi pada anak yang tantrum ketika orang tua mengambil gawai yang sedang mereka mainkan. Selain itu, terdapat dampak pada kesehatan anak, seperti kesehatan mata sampai dengan kecenderungan untuk tidak bersosialisasi dengan baik.
Dalam video ini akan dijelaskan tentang bagaimana strategi penggunaan teknologi dalam pembelajaran untuk anak usia dini. Dimulai dari contoh kasus yaitu tantrum-nya anak ketika mereka diberhentikan saat memainkan gawai, lalu ditunjukkan bagaimana strategi pembelajaran di TK dengan menggunakan Project Based Learning. Anak-anak akan berdialog dengan guru tentang manfaat gawai dan juga dampak buruknya bagi mereka jika kecanduan gawai. Lalu mereka akan bermain peran dengan menggunakan alat telekomunikasi, dan pada akhirnya mereka akan membuat 1 Project sesuai dengan umur mereka, yaitu dengan menggunakan karton untuk membuat bentuk gawai.
Selamat menyaksikan.
PERTANYAAN PEMACU DISKUSI
- Bagaimana Pendapat Anda mengenai Video di atas?
- Selain cara yang ada pada video, jelaskan cara lain yang harus dilakukan oleh guru agar anak tidak kecanduan gadget ?
- Apakah Project yang diberikan oleh guru dalam video ini efektif untuk meredam keinginan anak bermain gadget?
- Menurut anda, apakah guru dalam video ini sudah memaksimalkan peran pengasuhan dalam pembelajaran anak usia dini ?
- Tahapan apa dalam Project Based Learning yang diterapkan oleh guru dalam video yang menurut anda belum maksimal ?
Literasi digital merupakan pengetahuan serta kecakapan pengguna dalam memanfaatkan media digital, seperti alat komunikasi, jaringan internet dan lain sebagainya. Dengan semakin maraknya teknologi maka anak usia dini pun sudah sangat terbiasa dalam menggunakan media digital.
1. Menurut saya video diatas bagus dimana guru menggunakan berbagai metode pembelajaran yang bervariasi sehingga pesan yang ingin disampaikan guru dapat diterima anak2 dengan latar belakang berbeda.
2. Cara lain yang dapat dilakukan agar anak tidak kecanduan gadget :
a. Memperbanyak aktivitas bermain di luar
b. Ortu dan guru menjadi teladan yang baik bagi anak
c. Mendampingi anak saat belajar online
d. Bersikap tegas dan konsisten
3. Cara yang dilakukan guru sudah cukup efektif
4. Pengasuh/orangtua sudah dilibatkan dalam kegiatan ini karena guru meminta keterlibatan orangtua juga mengerjakan projek di rumah bersama dengan anak
5. Tahapan yang kurang maksimal adalah penutup dimana sebaiknya anak diberikan kesempatan untuk merefleksikan kegiatan yang dilakukan. Menanyakan perasaan anak saat mengerjakan projek dan apa yang ia dapatkan dari pembelajaran tersebut
literasi digital merupakan pengetahuan serta kecakapan pengguna dalam memanfaatkan media digital, seperti alat komunikasi, jaringan internet dan lain sebagainya. Dengan semakin maraknya teknologi maka anak usia dini pun sudah sangat terbiasa dalam menggunakan media digital.
1. Menurut saya video diatas bagus dimana guru menggunakan berbagai metode pembelajaran yang bervariasi sehingga pesan yang ingin disampaikan guru dapat diterima anak2 dengan cara yang sederhana tanpa menangis, merengek jika HP diambil..
2. Cara lain yang dapat dilakukan agar anak tidak kecanduan gadget :
a. Memperbanyak aktivitas bermain fisik motorik
b. Orangtua dan guru menjadi contoh yang baik bagi anak dalam bermain dengan gadget pun kita berikan contoh yang baik jangan sampai kita menyuruh anak jangan lama-lama main HP tapi kita sendiri justru main HP berlama-lama di depan mereka.
c. Mendampingi anak saat belajar baik belajar luring ataupun daring
d. Bersikap disiplin, tegas dan konsisten
c. Perbanyak interaksi dan komunikasi langsung dengan anak dengan begitu anak jadi lebih merasa nyaman karena mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari orangtuanya.
3. Cara yang dilakukan guru tersebut sudah cukup efektif
4. Pengasuh/orangtua sudah dilibatkan dalam kegiatan ini karena guru meminta keterlibatan orangtua juga mengerjakan projek di rumah bersama dengan anak
5. Tahapan yang kurang maksimal adalah penutup dimana sebaiknya anak diberikan kesempatan untuk merefleksikan kegiatan yang dilakukan sebagai acuan assesmen dan evaluasi tentang perkembangan anak. Menanyakan perasaan anak saat mengerjakan projek dan apa yang ia dapatkan dari pembelajaran tersebut
NAMA : AIFI ULYATUL HILMY MASITHOH
NIM : 858742776
PRODI : PGPAUD BI
Judul Video : cara tepat mengenalkan it pada anak literasi digital
menurut pendapat saya pembelajaran yang dilakukan guru dalam mengenalkan IT kepada anak sudah tepat, kegiatan yang dilakukan guru menjadikan anak lebih aktif dalam pembelajaran, selain itu guru juga memberikan pengalaman langsung kepada anak untuk menggnunakan IT sehingga pengalaman tersebut membekas pada anak. guru juga memberikan pengetahuan tentang manfaat dan dampak negatif penggunaan gadget yang menajdikan anak paham apa yang boleh ia lakukan dan tidak dalam penggunaan gadget. peran orang tua juga penting dalam pengawasan dalam penggunaan gadget pada anak, sehingga anak tidak menjadi kecanduan bermain gadget dan malah merasakan penggunaan gadget dalam menambah pengetahuannya.
Nama : VIVI ERNIYANTI
NIM : 858151314
PROGRAM STUDI : S1 PG PAUD (AKPMM)
POKJAR : (Gabungan palangkaraya/kapuas )
1.Menurut saya video tersebut mengajarkan strategi pengunaan teknologi untuk anak usia dini yang sesuai dalam pengunaan gadget dan mengetahui dampak yang berlebih pengunaan teknologi untuk anak.
2.Cara yang dilakukan guru untuk mengatasi anak yang kecanduan gadget
-Perbanyak diskusi dengan anak apa yang menjadi minat anak
-guru harus bisa menjadi contoh yang baik untuk anak
– Perbanyak aktivitas anak secara langsung tanpa menggunakan gadget
3.menurut saya sangat efektif kerna mengajarkan anak pengunaan gadget yang baik dan dampak pengunaan gadget dijelaskan untuk anak,sehingga anak dapat mengetahui pengunaan gadget yang baik.
4.Menurut saya peran pengasuhan sudah sangat maksimal dalam pembelajaran anak usia dini,mengajarkan anak pengunaan teknologi yang baik untuk anak.
5.Menurut saya based learning yang diterapkan oleh guru dalam video yang belum maksimal yaitu menanyakan perasaan anak dalam pembelajaran based learning pada akahir pembelajaran,dengan menanyakan perasaan anak ,guru menjadi tau apa yang dirasakan anak.
NAMA : I DEWA AYU SANTHI SEDANA
NIM: 859032422
PRODI:PGPAUD
Iijin menanggapi
vidio diatas menampilkan bagaimana cara mengatasi atau memberikan solusi bagi kita sebagai guru paud untuk pentingnya penanaman nilai kejujuran kepada anak sejak dini, dengan berkomunikasi langsung dengan anak-anak, di dalam video tersebut tanpak ibu guru menjelaskan, membimbing anak-anak dengan pemahaman melalui gadget memperkenalkan/ mengedukasi anak-anak dengan video bagaimana bahaya yang dialami akibat dari bermain gadget,peran penting dari orang tua sangatlah penting agar tidak selalu menenangkan anak-anak tidak selalu dengan mengasi anak-anak ijin untuk memainkan gadget, hal ini akan mengakibatkan ketergantungannya anak-anak dalam bermain gatget, yang bisa berbahaya untuk kesehatan mata, daya tangkap dengan tidak fokusnya perhatian orang tua dalam mengetahui informasi yang disediakan pada gadget, terganggunya waktu tidur anak, waktu bermain pada usia mereka yang masi dini dalam sosialisasi lingkungan dan tetunya kemauan anak untuk belajar dirumah yang berkurang.
Hal ini menjadi contoh dan acuan untuk mendidik anak-anak di sekolah maupun di rumah yang bisa di kembangkan oleh para guru di waktu sekolah maupun orang tua di umah.
terimakasih.
1. menurut saya video diatas sudah cukup baik dan menarik
2. cara lain yang dapat dilakukan adalah guru memberikan tugas pada anak yang melibatkan bantuan orang tua agar anak tidak lupa gadget hanya saat disekolah saja,namun dilingkungan rumah juga.
3. sudah efektif,karena dengan bermain yang diberikan oleh guru dalam video,anak menjadi lupa akan gadgetnya.
4. sudah cukup maksimal.karena sudah menjelaskan dengan bahasa yang mudah dipahami oleh anak serta menggunakan alat peraga sebagai objek penjelasannya.
5. pada tahap pemberian penjelasan mengenai dampak bahaya menggunakan gadget guru masih belum maksimal dalam menyampaikannya,seharusnya guru juga menunjukkan contoh dampak bahaya menggunakan gadget pada anak-anak.
Pada video diatas menunjukkan wujud kepedulian guru terhadap siswanya dengan cara memperkenalkan IT pada anak dengan baik dan sesuai dengan sasaran/pembelajarannya. Selain memperkenalkan guru juga menyampaikan tentang bahayanya penggunaan gadget terlalu ditimbulkan.
Selain dengan video ini guru juga memberikan pembatasan penggunaan gadget agar tidak kecanduan. Tentunya perlakuan seperti ini tidak hanya dilakukan oleh guru saja, tetapi orang tua juga berperan penting terhadap pembatasan penggunaan gadget, dengan cara meberikan aktivitas lain bisa seperti menggambar, mewarna,bermain, dsb. Sehingga anak tidak ketergantungan dengan gadget tersebut.
Video diatas bagus, memberikan kesempatan bertanya jawab terhadap anak, anak juga bisa bergerak dalam permainan, semua aspek perkembangan sudah terpenuhi. Guru juga selalu memotivasi anak agar tidak bosan.
DISKUSI I
A. Jelaskan secara konsep dan teoritis.
1. Pengertian dari asesmen dan evaluasi menurut para ahli.
Wiggins (1984) menyatakan bahwa asesmen merupakan sarana yang secara
kronologis membantu guru dalam memonitor siswa. Oleh karena itu, maka Popham
(1995) menyatakan bahwa asesmen sudah seharusnya merupakan bagian dari
pembelajaran, bukan merupakan hal yang terpisahkan. Resnick (1985) menyatakan
bahwa pada hakikatnya asesmen menitikberatkan penilaian pada proses belajar siswa.
Berkaitan dengan hal tersebut, Marzano et al. (1994) menyatakan bahwa dalam
mengungkap penguasaan konsep siswa, asesmen tidak hanya mengungkap konsep
yang telah dicapai, akan tetapi juga tentang proses perkembangan bagaimana suatu
konsep tersebut diperoleh. Dalam hal ini asesmen tidak hanya dapat menilai hasil dan
proses belajar siswa, akan tetapi juga kemajuan belajarnya.
Wiggins (1984) menyatakan bahwa asesmen merupakan sarana yang secara
kronologis membantu guru dalam memonitor siswa. Oleh karena itu, maka Popham
(1995) menyatakan bahwa asesmen sudah seharusnya merupakan bagian dari
pembelajaran, bukan merupakan hal yang terpisahkan. Resnick (1985) menyatakan
bahwa pada hakikatnya asesmen menitikberatkan penilaian pada proses belajar siswa.
Berkaitan dengan hal tersebut, Marzano et al. (1994) menyatakan bahwa dalam
mengungkap penguasaan konsep siswa, asesmen tidak hanya mengungkap konsep
yang telah dicapai, akan tetapi juga tentang proses perkembangan bagaimana suatu
konsep tersebut diperoleh. Dalam hal ini asesmen tidak hanya dapat menilai hasil dan
proses belajar siswa, akan tetapi juga kemajuan belajarnya.
Wiggins (1984) menyatakan bahwa asesmen merupakan sarana yang secara
kronologis membantu guru dalam memonitor siswa. Oleh karena itu, maka Popham
(1995) menyatakan bahwa asesmen sudah seharusnya merupakan bagian dari
pembelajaran, bukan merupakan hal yang terpisahkan. Resnick (1985) menyatakan
bahwa pada hakikatnya asesmen menitikberatkan penilaian pada proses belajar siswa.
Berkaitan dengan hal tersebut, Marzano et al. (1994) menyatakan bahwa dalam
mengungkap penguasaan konsep siswa, asesmen tidak hanya mengungkap konsep
yang telah dicapai, akan tetapi juga tentang proses perkembangan bagaimana suatu
konsep tersebut diperoleh. Dalam hal ini asesmen tidak hanya dapat menilai hasil dan
proses belajar siswa, akan tetapi juga kemajuan belajarnya.
asesmen (assessment) diartikan oleh Stiggins (1994) sebagai penilaian
proses, kemajuan, dan hasil belajar siswa (outcomes). Sementara itu asesmen
diartikan oleh Kumano (2001) sebagai “ The process of Collecting data which shows
the development of learning”. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa asesmen
merupakan istilah yang tepat untuk penilaian proses belajar siswa. Namun meskipun
proses belajar siswa merupakan hal penting yang dinilai dalam asesmen, faktor hasil
belajar juga tetap tidak dikesampingkan.
Wiggins (1984) menyatakan bahwa asesmen merupakan sarana yang secara
kronologis membantu guru dalam memonitor siswa. Oleh karena itu, maka Popham
(1995) menyatakan bahwa asesmen sudah seharusnya merupakan bagian dari
pembelajaran, bukan merupakan hal yang terpisahkan. Resnick (1985) menyatakan
bahwa pada hakikatnya asesmen menitikberatkan penilaian pada proses belajar siswa.
Berkaitan dengan hal tersebut, Marzano et al. (1994) menyatakan bahwa dalam
mengungkap penguasaan konsep siswa, asesmen tidak hanya mengungkap konsep
yang telah dicapai, akan tetapi juga tentang proses perkembangan bagaimana suatu
konsep tersebut diperoleh. Dalam hal ini asesmen tidak hanya dapat menilai hasil dan
proses belajar siswa, akan tetapi juga kemajuan belajarnya
asesmen (assessment) diartikan oleh Stiggins (1994) sebagai penilaian
proses, kemajuan, dan hasil belajar siswa (outcomes). Sementara itu asesmen
diartikan oleh Kumano (2001) sebagai “ The process of Collecting data which shows
the development of learning”. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa asesmen
merupakan istilah yang tepat untuk penilaian proses belajar siswa. Namun meskipun
proses belajar siswa merupakan hal penting yang dinilai dalam asesmen, faktor hasil
belajar juga tetap tidak dikesampingkan.
Wiggins (1984) menyatakan bahwa asesmen merupakan sarana yang secara
kronologis membantu guru dalam memonitor siswa. Oleh karena itu, maka Popham
(1995) menyatakan bahwa asesmen sudah seharusnya merupakan bagian dari
pembelajaran, bukan merupakan hal yang terpisahkan. Resnick (1985) menyatakan
bahwa pada hakikatnya asesmen menitikberatkan penilaian pada proses belajar siswa.
Berkaitan dengan hal tersebut, Marzano et al. (1994) menyatakan bahwa dalam
mengungkap penguasaan konsep siswa, asesmen tidak hanya mengungkap konsep
yang telah dicapai, akan tetapi juga tentang proses perkembangan bagaimana suatu
konsep tersebut diperoleh. Dalam hal ini asesmen tidak hanya dapat menilai hasil dan
proses belajar siswa, akan tetapi juga kemajuan belajarnya
asesmen (assessment) diartikan oleh Stiggins (1994) sebagai penilaian
proses, kemajuan, dan hasil belajar siswa (outcomes). Sementara itu asesmen
diartikan oleh Kumano (2001) sebagai “ The process of Collecting data which shows
the development of learning”. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa asesmen
merupakan istilah yang tepat untuk penilaian proses belajar siswa. Namun meskipun
proses belajar siswa merupakan hal penting yang dinilai dalam asesmen, faktor hasil
belajar juga tetap tidak dikesampingkan.
Wiggins (1984) menyatakan bahwa asesmen merupakan sarana yang secara
kronologis membantu guru dalam memonitor siswa. Oleh karena itu, maka Popham
(1995) menyatakan bahwa asesmen sudah seharusnya merupakan bagian dari
pembelajaran, bukan merupakan hal yang terpisahkan. Resnick (1985) menyatakan
bahwa pada hakikatnya asesmen menitikberatkan penilaian pada proses belajar siswa.
Berkaitan dengan hal tersebut, Marzano et al. (1994) menyatakan bahwa dalam
mengungkap penguasaan konsep siswa, asesmen tidak hanya mengungkap konsep
yang telah dicapai, akan tetapi juga tentang proses perkembangan bagaimana suatu
konsep tersebut diperoleh. Dalam hal ini asesmen tidak hanya dapat menilai hasil dan
proses belajar siswa, akan tetapi juga kemajuan belajarnya
Asesmen (assessment) diartikan oleh Stiggins (1994) sebagai penilaian proses, kemajuan, dan hasil belajar siswa (outcomes). Sementara itu asesmen diartikan oleh Kumano (2001) sebagai “ The process of Collecting data which showsthe development of learning”. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa asesmen merupakan istilah yang tepat untuk penilaian proses belajar siswa. Namun meskipun proses belajar siswa merupakan hal penting yang dinilai dalam asesmen, faktor hasilbelajar juga tetap tidak dikesampingkan.
Wiggins (1984) menyatakan bahwa asesmen merupakan sarana yang secarakronologis membantu guru dalam memonitor siswa. Popham(1995) menyatakan bahwa asesmen sudah seharusnya merupakan bagian daripembelajaran, bukan merupakan hal yang terpisahkan. Resnick (1985) menyatakanbahwa pada hakikatnya asesmen menitikberatkan penilaian pada proses belajar siswa. Marzano et al. (1994) menyatakan bahwa dalam mengungkap penguasaan konsep siswa, asesmen tidak hanya mengungkap konsep yang telah dicapai, akan tetapi juga tentang proses perkembangan bagaimana suatu konsep tersebut diperoleh. Dalam hal ini asesmen tidak hanya dapat menilai hasil dan proses belajar siswa, akan tetapi juga kemajuan belajarnya
2. Tujuan dari asesmen dan evaluasi.
Tujuan dilakukannya asesmen, dan evaluasi pembelajaran adalah untuk Memantau perkembangan proses pembelajaran mahasiswa. Mengecek pemenuhan terhadap capaian pembelajaran dan memberikan nilai atas proses dan hasil pembelajaran mahasiswa.
3. Persamaan dan perbedaan antara asesmen dan evaluasi ditinjau dari maksud dan tujuaannya.
Persamaannya adalah keduanya mempunyai pengertian menilai atau menentukan nilai sesuatu, disamping itu juga alat yang digunakan untuk mengumpulkan datanya juga sama.
Sedangkan Perbedaan Asesmen dan Evaluasi adalah sebagai berikut :
Asesmen :
•Asesemen merupakan proses mengumpulkan data bukti yang menelaah kebutuhan, keungunggulan, kemampuan atau abilitas dan deskripsi pencapaian perkembangan dan belajar anak didik dalam kegiatan lembaga PAUD.
• Asesmen berkaitan dengan sejauh mana anak memperoleh manfaat dari sebuah proses pengajaran dari seorang guru.
•Asesmen menurut Linn dan Gronlund asesmen lebih luas dalam hal keragamanan prosedur perolehan informasi yang digunakan.
• Asesmen membutuhkan waktu yang begitu panjang karena menyangkut proses berkelanjutan.
•Asesmen dilakukan untuk berfokus pada mencari data tentang anak didik.
Evaluasi :
• Evaluasi adalah proses mengumpulkan data dasar dan menelaah, mengevaluasai pembelajaran berarti mengamati, memeriksa, meneliti maksud atau tujuan dalam merencanakan dan melaksanakan program tertentu.
• Evaluasi berkaitan dengan efektifitas proses pembelajaran.
• Evaluasai bersifat lebih abstrak dan luas.
• Evaluasi dilaksanakan secara berkala (minguuan, semesteran, harian, dan lain-lain).
• Evaluasi lebih luas dari itu (tujuan belajar, tingkat penguasaan guru, metode, pengajaran kelas dan lain-lain).
4. Bentuk Evaluasi dan antar-hubungannya.
Bentuk evaluasi secara umum ada 2, yaitu : subjektif dan objekti.
Subjektif terbagi lagi menjadi 2 yaitu uraian bebas dan terbatas.
Sedangkan objektif terbagi menjadi 4, yaitu pilihan ganda, benar-salah, menjodohkan, dan tes melengkapi jawaban.
5. Prinsip Evaluasi.
Prinsip-prinsip evaluasi yaitu komprehensif, komparatif, kontinyu, obyektif, criteria yang valid, fungsional, diagnostik, keterpaduan, keterlibatan peserta didik, koherensi, pedagogis, dan akuntabel.
B. Uraikan secara praktis berdasarkan pengalaman Anda di sekolah
1. Bagaimana Anda melakukan asesmen terhadap aspek perkembangan anak didik Anda? Jelaskan :
Ada empat proses dalam asesmen yang saya lakukan terhadap aspek perkembangan anak didik yaitu sebagai berikut. 1. Menentukan terlebih dahulu kebutuhan anak dan menentukan tujuan asesmen. 2. Mengumpulkan data kualitatif dan kuantitatif para peserta didik 3.Kemudian saya Memproses informasi yang bermanfaat untuk melakukan penilaian terhadap anak.
2. Bagaimana Anda melakukan asesmen atau evaluasi terhadap pembelajaran yang Anda lakukan? Jelaskan : Dengan cara membuat lembar penilaian utnuk anak, dimana di lembar tersebut diisi terkait hal yang mau dinilai dari anak dan bagaimana hasil dari perkembangan anak.
3. Bagaimana frekuensi Anda melakukan asesmen perkembangan setiap anak didik?
Jelaskan : frekuensinya mengalami peningkatan pada tingkat kemampuan anak didik, yang sebelumnya tidak mampu menjadi mulai mampu, yang mulai mampu menjadi Mampu
4. Berikan satu contoh format asesmen perkembangan yang Anda terapkan di kelas Anda!
________________________________________
1. Bagaimana Pendapat Anda mengenai Video di atas?
Pendapat saya video diatas sangat baik, dimana anak diajak diskusi, diajak mengenal sambil bermain, dan memberikan edukasi juga terhadap anak tentang penggunaa Handphone.
2. Selain cara yang ada pada video, jelaskan cara lain yang harus dilakukan oleh guru agar anak tidak kecanduan gadget ? cara lain yang bisa dilakukan agar anak tidak kecanduan Hp adalah dengan senantiasa mengajak anak bermain bersama, guru atau orang tua senantiasa mendampingi anak saat bermain, karena salah satu penyebab anak bermain Hp adalah tidak adanya kegiatan yang dilakukan oleh anak, sehingga anak merasa senang dengan main Hp.
3. Apakah Project yang diberikan oleh guru dalam video ini efektif untuk meredam keinginan anak bermain gadget? Menurut saya Iya.
Karena anak jadi mengetahui apa fungsi dari Handphone, anak juga jadi lebih senang bermain bersama dengan teman-temannya seperti bermain drama yang dicontohkan pada video.
4. Menurut anda, apakah guru dalam video ini sudah memaksimalkan peran pengasuhan dalam pembelajaran anak usia dini ? Menurut saya Sudah.
Karena guru terlihat Tidak memaksa anak didiknya, akan tetpi guru mengajak anak didiknya untuk berdiskusi dan bermain bersama.
5. Tahapan apa dalam Project Based Learning yang diterapkan oleh guru dalam video yang menurut anda belum maksimal ? tahapan saat bermain peran, dimana guru belum melibatkan semua siswa untuk bermain peran. Yang seharusnya dilakukan anak dilibatkan untuk bergantian dalam bermain peran.
Selanjutnya, guru sebaiknya memberikan kebebasan berkreasi kepada anak untuk menggambar Hanphone sesuai dengan ide yang dimiliki oleh anak
Nama : Fadillah Free
Nim : 859891057
1. Bagaimana Pendapat Anda mengenai Video di atas?
Pendapat saya video diatas sangat baik, dimana anak diajak diskusi, diajak mengenal sambil bermain, dan memberikan edukasi juga terhadap anak tentang penggunaa Handphone.
2. Selain cara yang ada pada video, jelaskan cara lain yang harus dilakukan oleh guru agar anak tidak kecanduan gadget ? cara lain yang bisa dilakukan agar anak tidak kecanduan Hp adalah dengan senantiasa mengajak anak bermain bersama, guru atau orang tua senantiasa mendampingi anak saat bermain, karena salah satu penyebab anak bermain Hp adalah tidak adanya kegiatan yang dilakukan oleh anak, sehingga anak merasa senang dengan main Hp.
3. Apakah Project yang diberikan oleh guru dalam video ini efektif untuk meredam keinginan anak bermain gadget? Menurut saya Iya.
Karena anak jadi mengetahui apa fungsi dari Handphone, anak juga jadi lebih senang bermain bersama dengan teman-temannya seperti bermain drama yang dicontohkan pada video.
4. Menurut anda, apakah guru dalam video ini sudah memaksimalkan peran pengasuhan dalam pembelajaran anak usia dini ? Menurut saya Sudah.
Karena guru terlihat Tidak memaksa anak didiknya, akan tetpi guru mengajak anak didiknya untuk berdiskusi dan bermain bersama.
5. Tahapan apa dalam Project Based Learning yang diterapkan oleh guru dalam video yang menurut anda belum maksimal ? tahapan saat bermain peran, dimana guru belum melibatkan semua siswa untuk bermain peran. Yang seharusnya dilakukan anak dilibatkan untuk bergantian dalam bermain peran.
Selanjutnya, guru sebaiknya memberikan kebebasan berkreasi kepada anak untuk menggambar Hanphone sesuai dengan ide yang dimiliki oleh anak
1. Dari vidio di gpo kita bisa mengambil manfaat cara mengajarkan dan memberi pemahaman kepada anak tentang manfaat dan bahaya dari gadged dengan kuta memberikan edukasi tentang hal tersebutpada anak – anak akan mengurangi main gadged dan akan mengalihkan dengan permainan lain bersama teman – temannya
2. Dengan mengalihka untuk melakukan permainan lain yang lebih menarik, menyenangkan juga dapat mengembangkn kemampuan mereka
3. Sangat efektif karena dengan eduksi dengan bahaya gadged anak akan lebih berhati – hati dan menyanyangi kesehtan diri mereka sehingga mereka terselamatkan dari bahaya yang ditimbulkan dari gadged
4. Sudah maksimal namun ada berapa yang perlu diperbaiki karena tidak semua dijelaskan
5. Guru memberi kesemptan pada anak untuk ber imajinansidengan menggambarnya sesuai angan -angan anak.